
Baru lulus, dapat kerja, dan punya gaji pertama?
Biasanya, euforia punya pekerjaan dan gaji pertama lebih mendorong kita untuk menghabiskan uang lebih banyak, seperti membeli barang untuk diri sendiri yang sudah lama diidamkan, hangout, atau traveling. Sebuah bentuk apresiasi untuk diri sendiri setelah bekerja keras yang patut dirayakan.
Tapi, jangan lupa, salah satu tantangan terbesar yang biasanya akan kamu temui sebagai first jobber adalah cara mengatur keuangan yang sesuai kebutuhan dan besarnya penghasilan kamu setiap bulan.
Selain menggunakan uang untuk kebutuhan sehari-hari dan berbagai reward untuk diri sendiri, uang yang dihasilkan dari gaji pertama harus segera dialokasikan untuk berbagai kebutuhan dan juga rencana keuangan masa depan.
Asalkan mau berusaha disiplin dan membuat rencana keuangan, mengatur keuangan bukan hal yang sulit, kok. Kamu bisa memulainya dengan 5 hal ini:
Formula 50-30-20
Dalam mengatur keuangan, ada formula dasar 50-30-20 sebagai panduan yang bisa kamu ikuti untuk membagi alokasi uang berdasarkan prioritas kebutuhan.
50% dari uang gaji kamu, bisa dialokasikan untuk kebutuhan yang primer dan sifatnya nggak bisa ditunda seperti makanan, sewa tempat tinggal, bayar listrik, hingga transportasi untuk sehari-hari.
Nah, 30%-nya lagi adalah kebutuhan untuk cicilan dan dan berbagai keperluan pribadimu seperti jajan, hangout, atau traveling.
Yang terakhir, 20% dari gaji perlu dialokasikan untuk asuransi, tabungan, dan investasi.
Kalau kamu punya gaji sebesar Rp10.000.000, maka Rp5.000.000 perlu dialokasikan untuk kebutuhan primer dan hidup sehari-hari, Rp3.000.000 untuk cicilan dan uang jajan pribadi, lalu Rp2.000.000-nya lagi bisa untuk tabungan atau asuransi kesehatan untuk berjaga-jaga di saat darurat.
Buat tujuan keuangan jangka pendek dan panjang
Selain nggak punya anggaran keuangan yang jelas, salah satu alasan yang buat uang cepat habis & nggak tahu ke mana larinya biasanya adalah belum adanya tujuan keuangan yang dibuat. Padahal, dengan punya tujuan keuangan, ini akan memotivasi kamu agar lebih disiplin dalam menggunakan uang.
Nah, tujuan keuangan sendiri bisa terbagi menjadi dua: jangka pendek dan jangka panjang. Tujuan keuangan jangka pendek bisa meliputi rencana seperti traveling, bikin usaha kecil-kecilan, renovasi rumah, atau mendesain kamar. Hal-hal yang ingin dicapai dalam waktu dekat dan jumlah biayanya masih bisa terkejar dengan menabung dalam tempo singkat.
Sementara tujuan keuangan jangka panjang, melibatkan dana atau jumlah biaya yang lebih besar dengan waktu pengumpulan dana yang lebih panjang juga. Misalnya pergi haji, membangun rumah sendiri, melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi, hingga dana pensiun.
Kamu bisa mulai memikirkan: mau dapat atau punya apa dengan uang gaji yang kamu miliki sekarang. Ketika sudah tahu tujuannya, maka kamu bisa mulai menghitung berapa besaran biaya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan tersebut.
Tabungan dan asuransi adalah dua hal penting
Bagi orang yang punya penghasilan terbatas atau di bawah UMR, biasanya menabung atau buat asuransi kesehatan bukan menjadi prioritas. Hal yang lumrah mengingat kebutuhan hidup sudah besar, terlebih jika ada tanggungan, tapi jumlah penghasilan pas-pasan.
Tapi, penting juga untuk diketahui bahwa tabungan dan asuransi bisa menjadi batu sandaran di saat darurat. Kalau nggak ada dua hal ini terutama asuransi kesehatan, kamu bisa keluar uang lebih banyak nantinya jika sakit dan harus dirawat di rumah sakit.
Kalau kamu punya penghasilan terbatas, maka kamu bisa menyiasatinya dengan mendaftar BPJS Kesehatan dan rutin membayar tagihannya lebih dulu yang mana lebih murah dibanding premi asuransi swasta. Selain itu, untuk menabung, nggak harus langsung dalam jumlah besar, kok! Sisihkan semampunya atau hemat uang jajan, bisa menjadi jalan utama untuk punya dana darurat.
Mau buat kartu kredit? Pilih yang pas dengan tujuanmu
Terpikir untuk punya akses kredit seperti kartu kredit atau layanan paylater supaya bisa ambil cicilan?
Eits, tunggu dulu. Jangan buru-buru daftar dan sebaiknya pertimbangkan dengan matang. Apalagi kalau penghasilan kamu belum terlalu besar dan hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari. Sebab, dalam kondisi tersebut, punya akses kredit kemungkinan malah akan menambah beban keuangan kamu setiap bulannya.
Kalau kamu perlu akses kredit, selain mempertimbangkan besar kecilnya penghasilan, pertimbangkan juga jenis akses kreditnya. Misalnya, kamu hanya perlu kartu kredit untuk belanja bulanan, maka pilih kartu kredit yang bisa kasih poin dan promo untuk belanja di supermarket.
Kalau tujuannya untuk cicilan, nggak perlu daftar kartu kredit, kamu juga bisa memilih paylater seperti yang ada di Bukalapak yang cara daftarnya lebih mudah dan cepat.
Bukalapak paylater sendiri adalah layanan yang disediakan Bukalapak supaya penggunanya bisa melakukan transaksi kredit secara instan, tanpa harus punya kartu kredit. Kamu bisa melakukan aktivasi paylater Bukalapak melalui menu “Bukalapak Paylater” yang ada di halaman depan aplikasinya.
Atau, kamu juga dapat registrasi akun Kredivo, sebagai paylater yang bermitra dengan Bukalapak. Yang menarik, Kredivo bisa kasih limit maksimal sampai Rp 30 juta, lho!
Bahkan, kamu juga bisa menikmati fasilitas cicilan 0% dengan tenor 3 bulan pakai Kredivo di Bukalapak, hanya dengan minimal transaksi 500 ribu.
Tertarik investasi? Pelajari dulu jenis dan risikonya
Nah, tips terakhir yang nggak kalah penting ketika jadi first jobber: jangan asal tergiur dengan tawaran investasi. Apalagi yang dari awal sudah menjanjikan iming-iming imbal hasil besar. Sebab, bukan begitu cara kerja investasi yang benar dan legal. Pada setiap jenis investasi, akan selalu ada risiko atau potensi kerugian yang terjadi.
Maka dari itu, kalau kamu tertarik menggunakan uang investasi, pastikan kamu memelajari lebih dulu instrumen investasi serta tingkat risikonya agar terhindar dari penipuan, ya.